Malaysia: Krisis Identitas?

Coba sebut negara mana yang tidak punya identitas. Saya bisa dengan lantang menyebut Malaysia sebagai kandidat utamanya. Berkali-kali terjadi dan kita sudah cukup berbaik hati dan selalu “memaafkan” kelakuan mereka. Mungkin ini saatnya kita menentukan sikap yang tegas. Mau dibawa ke mana hubungan ini?

Konfrontasi Indonesia-Malaysia dimulai pada tahun 1961, saat Malaysia ingin menggabungkan Brunei, Sabah, dan Sarawak. Negara yang berkaitan juga bukan hanya kedua negara tersebut, namun juga Brunei, Singapura, Filipina dan negara asing yaitu Inggris, Selandia Baru dan Australia. Complicated problem with high tension, right? Dari sinilah awal muncul istilah “Ganyang Malaysia” oleh Soekarno. Konfrontasi ini berakhir tahun 1966 dalam sebuah konferensi di Bangkok.

Kasus Pertama,

Keluarga Jibril yang diduga jaringan Al-Qaeda pernah tinggal di Malaysia. Noordin M Top orang Malaysia yang hijrah ke Indonesia dengan tugas khusus untuk melancarkan bom dan “semangat” jihad di Indonesia.

Menurutku, karena itulah pendapatan devisa Malaysia dari sektor pariwisata lebih tinggi, dua kali lipat lebih banyak.  Wisatawan menganggap negara itu aman untuk dikunjungi, berbeda dengan Indonesia yang berkali-kali dibom (ironisnya, didalangi orang Malaysia, duh…) Mereka mendapatkan buah manis dari kehancuran Indonesia. Is it conpiracy? dunno…

Kasus kedua,

Lagu kebangsaan Malaysia ‘terinsipirasi’ lagu Terang Bulan yang direkam tahun 1956 sebelum kemerdekaan Malaya tahun 1957. Bukti rekamannya pun masih disimpan di Lokananta kota Solo. Intro dan temponya sama, mungkin yang berbeda adalah liriknya…  Dengan keadaan ini, apakah perlu untuk mengganti lagu kebangsaan? hmmmmm… It’s embarrasing…

Kasus ketiga,

Lagu Rasa Sayange dari Maluku, jadi salah satu theme song pertunjukan Song of  The Sea di Singapura (dibilang di situ bahwa lagu ini lagu Melayu) dan jadi jingle iklan di Malaysia… Adakah pola hubungan Maluku dan Malaysia secara geografi dan budaya? Sumatera, Kalimantan, Jawa, mungkin lah…tapi Indonesia timur? Nope…

Kasus keempat,

Tari Pendet dari Bali tiba-tiba muncul di iklan pariwisata malaysia. Stop, gw pengen banget ketawa, hahahaha… Anyway, pihak yang bertanggungjawab adalah Discovery Channel. Bagaimana mereka bisa melakukan kesalahan fatal seperti ini? apakah tidak ada yang namanya survei? Apakah sebenarnya di Malaysia ada yang bisa menari Bali? Lalu apakah tiba-tiba iklan ini dipromosikan dan disebarluas ke publik tanpa dipresentasikan dulu ke beberapa pihak? Bagaimana sistem kerja mereka? Semua masih tanda tanya bukan? That’s something wrong..

Untuk masalah kebudayaan, kita memang tidak bisa langsung menuduh bahwa yang mereka lakukan adalah sebuah PENCURIAN. Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa nenek moyang kita sama. Bangsa Melayu. Bahkan orang Indonesia pun ada yang beranak cucu di negeri Jiran tersebut. Dengan kata lain ada kemungkinan budaya kita terbawa dan dikembangkan di sana. Karena merasa berhasil mengembangkan budaya itu, lalu muncul ide untuk melakukan klaim. Yang disayangkan adalah, klaim itu tidak didasari dengan etika yang menyebutkan asal mula budaya itu.

Okay, selalu saja ada permintaan maaf dan pembelaan dari pihak Malaysia. Seperti budaya China, Barongsay atau India, kisah Mahabarata, candi Hindu dan sebagainya… Kita juga mengadaptasi budaya mereka, mengapa tidak diperdebatkan. Lalu peryataan kita satu rumpun mengapa saling berseteru dan sebagainya, bla bla bla…

Satu hal yang menbedakan kita dengan Malaysia adalah kita tidak melakukan klaim. Karena budaya ini adalah budaya bersama. Itulah etika, menghormati sejarah budaya asalnya. Klaim adalah bentuk kepemilikan terhadap sesuatu, jelas akan menimbulkan perdebatan, apalagi bila asal-usulnya tidak jelas.

Buat Malaysia, bukan ingin ribut, tapi bisa ga kalau kita urus budaya masing-masing, ga usah pake budaya orang untuk cari keuntungan? Kembangin apa yang kamu punya, you already had that talent right? Buktikan kamu bangsa berbudaya.Tunjukkan identitasmu yang sebenarnya. Oya, jangan kirim teroris lagi ya, bantu berantas sampai ke akarnya, donk.

Buat Indonesia, belajar sesuatu donk dari kejadian ini. Bangga jadi diri sendiri. Banyak yang iri dengan apa yang kita punya. Mungkin suatu saat kita malah akan berterimakasih ke Malaysia karena udah ‘mengingatkan’. Jangan sampai kita dibodohi.

Ini agak ga nyambung sih, tapi penting:

Buat teroris, udah lah… jangan maksain Indonesia jadi negara Islam dengan syariatnya. Ga penting. Agama yang diakui kan tidak hanya satu. Berhenti ngebom deh, kita juga pengen maju, pengen didatengin wisatawan. Kalau penya dendam yang belum selesai, satu lawan satu kenapa?

Buat orang muda kaya kita… sudah berbuat apa untuk Indonesia? Ini waktunya buat kita unjuk gigi. Kreatifitas ga akan pernah habis. Mulai dari apa yang kita punya. Bantu promosiin Indonesia di mata dunia lewat karya-karyamu. We need revolution…

Buat pihak ketiga yang mungkin pengen adu domba, gila kamu berhasil banget bikin kita ribut. Makin banyak aja masalah yang ditanggung Indonesia. Tapi Indonesia ga bakal diem kok, kita juga pengen beraksi karena kita kreatif… Vote for Indonesia Unite…

Leave a comment